Sabtu, 08 Juni 2013

LOVE STORY MOM & DAD (Kisah Nyata Bukan FTV)

Pada suatu hari si bungsu adek gue terus merengek minta sepatu baru tapi bapak gak mau beliin karena sepatu dia udah banyak dan itu masih bagus-bagus itulah awal kisah cinta yang bakal gue ceritain kali ini. Apa hubungan cinta dengan sepatu bang? Aah jangan banyak tanya! *sumpelkolor.

Adek gue pun makin kenceng menangis, lalu tak lama kemudian ibu pun berkata “Kalian itu enak minta sepatu baru dikasi, bapak dulu waktu kuliah pertama ketemu ibu sepatunya itu udah bolong, kasian banget”, seisi rumahpun sekejab berubah menjadi hening dan bapak yang meneruskan cerita ibu. “Ya karena gak ada uang makanya sepatunya bolong, kalian tau waktu bapak mau kuliah kakek kalian itu sampe jual tanah dan sampe sekarang gak tau berapa luas tanah yang dia jual hanya biar anaknya sekolah, karena kata kakek “biar gak punya apa-apa yang penting anak harus sekolah” itu juga yang bapak pegang sekarang”. Begitulah kata beliau.

si Bungsu

Kisah cinta dimulai...

Bapak pun berangkat ke Jogja buat kuliah dengan modal dari hasil tanah yang dijual kakek. Tak pernah memikirkan untuk mencari kekasih hati bapak hanya fokus pada kuliahnya dan belajar walau banyak kekurangan terutama fasilitas, sekali lagi karena biaya. Tapi semangatnya tak pernah padam.

Sampai suatu hari bapak bertemu seorang gadis manis, iya itu ibu gue. Melangkah dengan sepatunya yang bolong tadi tanpa rasa gengsi bapak memantapkan diri untuk berkenalan, mata ibu pun tak luput dari sepatunya bapak yang bolong, rasa iba tetap ada, tapi bapak tak memusingkan itu, cinta tak mengenal gengsi, merekapun berkenalan. Itulah cinta pandangan pertamanya.

Sejak hari itu selalu ada rasa ingin bertemu dan rindu dengan gadis manis itu, selalu kepikiran bahkan sampai memimpikan dia, perasaan kasmaran begitu menggebu-gebu. Setelah pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya merekapun berpacaran. Akhirnya itupun membuat bapak sering datang kerumah ibu untuk bertemu sekedar melepas rindu atau berkenalan dengan keluarga ibu, itu bukti seriusnya bapak untuk mencintai ibu. Tapi bapak tetaplah sesosok pria yang sederhana seperti sejak saat bertemu, sebulan sekali bapak dapat kiriman uang dari kakek  itu Rp. 15.000,00 untuk jatah sebulan, setiap dapat kiriman bapak selalu bawa ibu jalan-jalan untuk makan atau yang lainnya untuk nyenangin hati ibu, walaupun jajannya ibu lebih gede dari jajannya bapak pada waktu itu, makanya ada kalanya ibu juga yang beliin bapak makan. Walau dalam kesederhanaan bapak selalu pengen ibu senang. Niat yang baik selalu menghasilkan buah yang baik, dan ibu liat ketulusan itu, itu yang membuatnya menerima segala kesederhanaan itu untuk saling melengkapi. “Cinta Yang Sempurna Dalam Segala Kesederhanaan”.

Tak lama kemudian hal yang ditunggu-tunggu selama perjuangannya menjadi mahasiswa bapakpun wisuda, tekad untuk membahagiakan orangtua selangkah sudah dilewati. Itu tak lepas juga dari dukungan ibu, ibu pun turut senang namun juga sedih yang berarti mereka mesti berpisah smpai waktu yang mereka sendiri tak tau sampai kapan. Ibu mengantar kepulangan bapak kembali ke kalimantan. Di pelabuhan, disitulah terakhir mereka saling bertatapan dan menunggu suatu hari mereka bisa bertemu lagi.

Saat dikalimantan bapak selalu merindukan ibu, bapak rajin mengirimkan surat untuk ibu, begitu juga ibu tak pernah lupa untuk membalasnya. Pada saat itu akses telekomunikasi sangat sulit bapak harus pergi ke pontianak untuk menelfon ibu, jarak dari tempat dia tinggal ke pontianak sekitar 6 jam menggunakan bus. Saat bapak menelfon ibu, teriakanpun terdengar, ibu harus berlari ke rumah tetangga, karena ibu tidak punya telefon. Walaupun lelah tapi tak sebanding dengan bahagia saat mendengar suara kekasihnya untuk melepas sedikit rindu.

Walaupun disaat jauh bapak selalu menunjukan keseriusan cintanya untuk ibu, bapakpun memutuskan untuk segera menikahi ibu, bapak tak pernah ingin menyusahkan orangtua, oleh karena itu dia berusaha, bapak rajin mengirim bawang putih ke jawa sana untuk dijual, karena harga jual disana sangat tinggi pada waktu itu, berkat ketekunan dan keuletan bapak bisa mengumpulkan cukup uang untuk meminang ibu dan membawa kedua orangtua nya bertemu ibu yang menjadi calon menantunya saat itu.

Saat yang ditunggu-tunggu tiba, merekapun menikah. Ibu ikut bapak pulang ke kalimantan untuk membangun bahtera rumah tangga bersama. Tapi perjuangan cinta belumlah usai bapak masih harus berjuang untuk menghidupi dan membahagiakan ibu dan anak-anaknya. Hingga sekarang hasil dari semua itun terlihat sungguh luar biasa, semua itu tak lepas karena ada seorang wanita yang setia selalu disampingnya, mendukung disaat susah dan senang. Dan sekarang sampai kapanpun dialah motivator dalam hidup gue, dalam kisah hidup dan perjuangan cintanya. Satu kata yang selalu gue ingat dari bapak “kebaikan seseorang itu dinilai pada akhirnya”. Jadi janganlah pernah kalian berpikir apa yang kalian lakukan saat ini adalah percuma dan tak ada hasilnya, hasilnya bukan diawal tapi diakhir, selalu yakin dan bersabar adalah kunci dari sebuah kebahagiaan dan kesuksesan. Okee sekian kisah ini, thank’s for reading.





“KEBAIKAN SESEORANG DINILAI PADA AKHIR”


Share: