Jumat, 22 Februari 2019

#interpretasikevin serial netflix "Umbrella Academy"

#interpretasikevin adalah konten baru tentang film apa yang aku tonton, lagu yang aku dengar, serial yang aku tonton, buku yang aku baca akhir-akhir ini, atau apapun. Dan mencoba menginterpretasikan nya secara subjektif, sekaligus berbagi referensi kepada kalian semua. 

Kali ini aku mau membahas tentang serial netflix yang baru saja rilis yaitu "Umbrella Academy", ditonton dulu trailernya nih.


Kalau aku sederhanakan cerita dari serial ini adalah 7 bersaudara berkekuatan super yang mencoba menyelamatkan dunia dari kiamat yang akan terjadi. Tapi banyak konflik-konflik yang begitu kompleks bila diceritakan, silakan ditonton sendiri, nanti malah spoiler.

Serial ini mengingatkan aku pada moment dimana Thor kehilangan Mjolnir (palu Thor) yang kemudian merasa useless namun akhirnya menyadari bahwa dia lebih dari sekedar Mjolnir, melainkan God of Thunder. 


Itu yang membuat menarik, terjadi di beberapa karakter yang ada di serial ini, seperti Klaus seorang junkies yang mempunyai kemampuan untuk melihat "dunia lain" atau orang-orang yang sudah mati, pada awalnya aku berpikir apa relevansi nya kemampuan melihat setan dan menyelamatkan dunia dari kiamat. Tapi pada saat dia bertemu Ayah angkatnya yang sudah mati dia disadarkan bahwa dia belum menemukan apa kekuatan super nya, dan ternyata bukan hanya bisa melihat dan berkomunikasi pada orang mati tapi dia juga dapat mengendalikan mereka dan terhubung langsung didunia nyata, dan itu dia lakukan pada saudaranya Ben yang sudah meninggal sejak muda dalam misi yang dijalankan, sehingga Ben bisa berkontribusi kembali membantu saudara-saudaranya dengan kekuatan supernya. Apa kekuatan supernya Ben? Tonton dan cari tau sendiri, hehe..

Kemudian Vanya si nomor 7 yang menjadi kunci dari seluruh cerita, yang sejak kecil merasa berbeda dan dibedakan karena tidak memiliki kekuatan super seperti saudara-saudaranya, yang kemudian menyadari bahwa dia memiliki kekuatan super melebihi semua saudaranya, yang selama ini ditutupi oleh Ayahnya. Dan Five yang pada akhir cerita mencoba kekuatannya untuk mambawa semua saudaranya menjelajah waktu, yang semula dia hanya mengira bisa dilakukan untuk dirinya sendiri.

Yang membuatku berkontemplasi bahwa kita tidak mempunyai batas berkembang untuk menemukan kemampuan sejati kita selama kita mau mencari itu.

Dan juga aku mengamati seluruh karakter masing-masing memiliki pemantik konflik yang membuat mereka mau untuk bersatu kembali dan menjalani misi untuk menyelamatkan bumi, perasaan-perasaan seperti kehilangan dan kecewa yang membuat mereka merasa satu tujuan.


Aku benar-benar tidak sabar menunggu bagaimana kelanjutan kisah mereka, menerka-nerka apakah mereka akan berkembang dengan kekuatan super yang sebelumnya, dan seperti apa itu. Buat kalian yang suka dengan serial yang bikin penasaran dan susah untuk ditebak setiap episodenya ini sangat cocok dan aku rekomendasikan untuk mengisi waktu luang kalian. skor subjektif dari aku 9.5/10. Sungguh sebagus itu. 




Share:

Kamis, 21 Februari 2019

mengecewakan lebih buruk dibanding dikecewakan


Tiba-tiba teringat kembali saat-saat dimana aku merasa menjadi orang yang mengecewakan, yaitu saat-saat dimana aku memutuskan untuk pindah dari jurusan dan pindah dari universitas yang mungkin didambakan banyak orang. Aku ingat saat dimana aku ngomong ke Bapak, dan hari itu aku menangis, haha.. Karena pada saat itu aku merasa sudah mengecewakan dia. Percayalah teman-teman tidak ada perasaan yang lebih buruk saat kita merasa telah mengecewakan orang yang kita kasihi dibanding kita dikecewakan.

Mengapa sampai aku punya perasaan seperti itu dikarenakan banyak hal, pertama mengingat seberapa berjuangnya dia agar aku bisa kuliah, kemudian betapa bangganya dia aku bisa kuliah ditempat yang mana tidak banyak orang mendapat kesempatan itu. Disisi lain memang menyenangkan menjadi kebanggaan, tetapi sisi yang lainnya menjadi beban pula buat aku.

Hingga kemarin saat Bapak sakit aku sampaikan yang jadi perasaanku, semua perasaan bersalahku. Aku sampaikan semua maaf karena belum bisa lulus, belum bisa menghasilkan disaat teman-temanku sudah  bekerja, terlebih lagi saat Bapak sakit gak ada yang bisa aku lakukan untuk bantu pengobatan, aku sampaikan betapa aku merasa sudah mengecewakan dan belum bisa menjadi kebanggaannya. Tapi apa yang Bapak katakan "Anak-anak papa tidak ada yang mengecewakan, semuanya membanggakan. Meskipun apa yang dilakukan tidak selalu sempurna tapi tidak pernah papa merasa kecewa".

Kata-kata yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku, menggambarkan kebesaran hatinya.

Sejak hari itu aku belajar menjadi lebih bertanggung jawab atas apapun, terutama atas apa yang jadi pilihan hidupku, walaupun mungkin nanti hasilnya tidak sempurna setidaknya aku bertumbuh bersama proses yang aku jalani.


Menjadi baik lebih penting daripada sekedar menjadi berhasil.

Share:

Kamis, 14 Februari 2019

Menilai & Mengerti atau Mengerti & Menilai? #opinikevin

Beberapa waktu lalu aku mendengar sebuah ilustrasi/cerita yang menarik dari sebuah perbincangan kecil bersama seseorang, dan aku pikir menarik pula untuk dibagikan. Gini nih ceritanya.

"Ada seorang Ayah bersama dua orang anak perempuannya yang masih kecil didalam sebuah pesawat, sejak awal masuk kedalam pesawat tersebut kedua anak perempuan itu menangis hingga menarik perhatian para penumpang lain. Para penumpang mengasumsikan mungkin karena takut, tapi setelah take off dan mengudara cukup lama kedua anak perempuan itu masih saja menangis tanpa henti, para penumpang mulai gusar dan mulai merasa terganggu, terlebih lagi beberapa orang memperhatikan bahwa tidak ada tindakan apa-apa dari Ayah nya untuk mencoba membujuk atau menghibur kedua anaknya agar berhenti menangis, yang dilakukan Ayahnya hanya memandangi awan-awan dibalik jendela pesawat, terkesan tidak mempedulikan kedua anaknya tersebut, hal tersebut menjadi perbincangan miring terhadap sang Ayah didalam pesawat tersebut. Akhirnya ada seseorang yang memberanikan diri untuk menegur sang Ayah dari kedua anak tersebut, "permisi pak, dari tadi saya perhatikan kedua putri bapak tidak berhenti menangis sedangkan tidak ada tindakan maupun usaha apapun dari bapak untuk mencoba menghibur mereka", "Anda tau alasan mereka menangis?" tanya si Ayah kepada penumpang yang menegurnya sambil menyeka air matanya, "mereka menangis karena dipesawat ini ada ibunya didalam peti, bersama-sama dengan kita dipesawat ini, kalau saya tau bagaimana cara menghibur mereka sudah sejak awal saya lakukan".

Kisah tersebut sungguh menyentuh aku secara pribadi, sekaligus jadi refleksi bagi ku. Kecendrungan manusia memang aneh, kita lebih mudah dan senang menilai terlebih dahulu sebelum mengerti, coba pahami lagi bukankah itu urutan yang salah. Bagaimana kita bisa memberi nilai tanpa kita mengerti hal yang akan kita nilai. Apakah bisa seorang dosen dengan benar memberi nilai pada ujian kalkulus tanpa dia mengerti dan menguasai kalkulus tersebut terlebih dahulu?. 

Aku harap ini juga bisa menjadi refleksi buat teman-teman semua, mencari tau terlebih dahulu sebelum menilai.



Share: