Senin, 02 April 2018

#KEVINTALKS fenomena hypebeast

                            Hasil gambar untuk hypebeast gif





Pernah dengar fenomena hypebeast? Oke buat yang belum tau, gue coba jelasin sedikit dengan pengetahuan awam tentang hal ini. Pada awalnya hypebeast adalah sebuah website (hypebeast.com), sebuah portal yang mengulas tentang brand-brand fashion / clothing. Buat yang masih penasaran bisa kunjungi sendiri websitenya untuk tau lebih detail. Namun makin kesini hypebeast berubah makna menjadi sebuah istilah slang. Hypebeast secara definisi seseorang yang senantiasa mengikuti tren agar tetap in style, seseorang yang mengenakan item fesyen yang sedang hype. Well, hypebeast adalah slang untuk seseorang yang terobsesi (beast) dalam hal hype (pada fesyen) dan akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai hype. Berikut beberapa brand yang identik dan disebut hypebeast : Supreme, Palace, Bape, Off-White, Balenciaga, dan lain-lain.

Ada beberapa opini dari sudut pandang sotoy gue tentang fenomena ini. Yang pertama adalah bagaimana luar biasa kerennya branding yang dilakukan sehingga produk yang ditawarkan bisa bernilai jual fantastis. Contoh, bagaimana Supreme bisa menjual produknya dengan harga hingga pulahan juta (Rp), even mereka menjual produk yang diluar jalur dari produk yang seharusnya mereka jualpun produk itu masih laku, walau dengan harga yang gak masuk diakal, seperti batu bata, linggis, helm, hingga palu. Pada tahun 2015 lalu, sekelompok anak-anak muda pun rela mengantri 2 hari untuk membeli linggis keluaran Supreme. Linggis bercat merah dengan cetakan huruf Supreme putih ini, sekarang masih dihargai hingga Rp4,7 juta!


“Jika kita bisa menjualnya 600 pcs, maka kita akan memproduksinya 400 pcs, itulah cara kami”. ungkap James Jebbia, Founder SupremeMenurutnya itu strategi pemasaran yang berpengaruh untuk membentuk ekslusif brand. Strateginya hanya membuat produk langka. Pemikiran-pemikiran seperti itu yang membuat gue salut, hingga akhirnya bukan hanya sekedar produk yang dijual, melainkan sebuah produk beserta identitas.

Selanjutnya dari fenomena ini ada sisi sensitif yang gue ambil. Gue sama sekali gak ada masalah sama orang-orang yang senang membeli dan menggunakan produk-produk hypebeast ini, ya mungkin juga gue belum sampe pada posisi financial yang terlampau tinggi, sehingga untuk mengkonsumsi produk hypebeast yang seharga langit itu bukan masalah apa-apa, mungkin. Ini akan terdengar klise, namun ini adalah dasar yang gak bisa kita abaikan, tau skala keinginan dan kebutuhan. Bagi beberapa orang mungkin produk mahal atau produk bermerek sudah menjadi kebutuhan, tapi kita juga perlu tau nilai kebutuhan apa yang ada didalamnya, dari kacamata gue nih ya didalamnya adalah kebutuhan pride, dan kebutuhan pengakuan sosial, sehingga itu mendatangkan kepuasan bagi seseorang. Ohh lagi-lagi hasilnya adalah tentang emosi, kepuasan dan kebahagian.

Banyak dari kita yang kurang mencermati bahwa sesungguhnya nilai yang baik, sehat, untuk kita merasa bahagia dan puas didapatkan secara internal (diri sendiri). Contoh:

Nilai yang baik: kejujuran, menerima diri, rasa ingin tahu, kerendahan hati.
Nilai yang buruk: menjadi pusat perhatian, disenangi semua orang, tidak mau kesepian.

Semua nilai yang baik dan sehat berasal dari diri sendiri, bukan dari oranglain. Walau keduanya sama-sama memberikan kepuasan secara emosi, tapi yang membedakan adalah jangka waktu, prioritas dengan nilai buruk memberi kita kepuasan emosi yang bias dan semu. Pertanyaannya sekarang adalah, apa yang menjadi prioritas lo? Nilai apa yang ingin lo prioritaskan? Karena semua itu mempengaruhi dalam setiap proses pengambilan keputusan lo. 

Dan yang terakhir adalah cara pandang orang-orang yang menilai keren adalah dengan mengkonsumsi sesuatu. Coba rubah cara pikir, buat pertanyaan bagaimana produk keren ini bisa dibuat?. Pelajari hal itu, keren bukan tentang menggunakan dan mengkonsumsi sesuatu, tapi meciptakan sesuatu!

Share: