Pada suatu hari si bungsu adek gue terus merengek minta
sepatu baru tapi bapak gak mau beliin karena sepatu dia udah banyak dan itu
masih bagus-bagus itulah awal kisah cinta yang bakal gue ceritain kali ini. Apa
hubungan cinta dengan sepatu bang? Aah jangan banyak tanya! *sumpelkolor.
Adek gue pun makin kenceng menangis, lalu tak lama kemudian
ibu pun berkata “Kalian itu enak minta sepatu baru dikasi, bapak dulu waktu
kuliah pertama ketemu ibu sepatunya itu udah bolong, kasian banget”, seisi
rumahpun sekejab berubah menjadi hening dan bapak yang meneruskan cerita ibu. “Ya
karena gak ada uang makanya sepatunya bolong, kalian tau waktu bapak mau kuliah
kakek kalian itu sampe jual tanah dan sampe sekarang gak tau berapa luas tanah
yang dia jual hanya biar anaknya sekolah, karena kata kakek “biar gak punya
apa-apa yang penting anak harus sekolah” itu juga yang bapak pegang sekarang”. Begitulah
kata beliau.
si Bungsu |
Kisah cinta dimulai...
Bapak pun berangkat ke Jogja buat kuliah dengan modal dari
hasil tanah yang dijual kakek. Tak pernah memikirkan untuk mencari kekasih hati
bapak hanya fokus pada kuliahnya dan belajar walau banyak kekurangan terutama
fasilitas, sekali lagi karena biaya. Tapi semangatnya tak pernah padam.
Sampai suatu hari bapak bertemu seorang gadis manis, iya itu
ibu gue. Melangkah dengan sepatunya yang bolong tadi tanpa rasa gengsi bapak
memantapkan diri untuk berkenalan, mata ibu pun tak luput dari sepatunya bapak
yang bolong, rasa iba tetap ada, tapi bapak tak memusingkan itu, cinta tak
mengenal gengsi, merekapun berkenalan. Itulah cinta pandangan pertamanya.
Sejak hari itu selalu ada rasa ingin bertemu dan rindu
dengan gadis manis itu, selalu kepikiran bahkan sampai memimpikan dia, perasaan
kasmaran begitu menggebu-gebu. Setelah pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya
merekapun berpacaran. Akhirnya itupun membuat bapak sering datang kerumah ibu
untuk bertemu sekedar melepas rindu atau berkenalan dengan keluarga ibu, itu
bukti seriusnya bapak untuk mencintai ibu. Tapi bapak tetaplah sesosok pria
yang sederhana seperti sejak saat bertemu, sebulan sekali bapak dapat kiriman
uang dari kakek itu Rp. 15.000,00 untuk
jatah sebulan, setiap dapat kiriman bapak selalu bawa ibu jalan-jalan untuk
makan atau yang lainnya untuk nyenangin hati ibu, walaupun jajannya ibu lebih
gede dari jajannya bapak pada waktu itu, makanya ada kalanya ibu juga yang
beliin bapak makan. Walau dalam kesederhanaan bapak selalu pengen ibu senang. Niat
yang baik selalu menghasilkan buah yang baik, dan ibu liat ketulusan itu, itu
yang membuatnya menerima segala kesederhanaan itu untuk saling melengkapi. “Cinta Yang Sempurna Dalam
Segala Kesederhanaan”.
Tak lama kemudian hal yang ditunggu-tunggu selama
perjuangannya menjadi mahasiswa bapakpun wisuda, tekad untuk membahagiakan
orangtua selangkah sudah dilewati. Itu tak lepas juga dari dukungan ibu, ibu
pun turut senang namun juga sedih yang berarti mereka mesti berpisah smpai
waktu yang mereka sendiri tak tau sampai kapan. Ibu mengantar kepulangan bapak
kembali ke kalimantan. Di pelabuhan, disitulah terakhir mereka saling
bertatapan dan menunggu suatu hari mereka bisa bertemu lagi.
Saat dikalimantan bapak selalu merindukan ibu, bapak rajin
mengirimkan surat untuk ibu, begitu juga ibu tak pernah lupa untuk membalasnya.
Pada saat itu akses telekomunikasi sangat sulit bapak harus pergi ke pontianak
untuk menelfon ibu, jarak dari tempat dia tinggal ke pontianak sekitar 6 jam menggunakan
bus. Saat bapak menelfon ibu, teriakanpun terdengar, ibu harus berlari ke rumah
tetangga, karena ibu tidak punya telefon. Walaupun lelah tapi tak sebanding
dengan bahagia saat mendengar suara kekasihnya untuk melepas sedikit rindu.
Walaupun disaat jauh bapak selalu menunjukan keseriusan
cintanya untuk ibu, bapakpun memutuskan untuk segera menikahi ibu, bapak tak
pernah ingin menyusahkan orangtua, oleh karena itu dia berusaha, bapak rajin
mengirim bawang putih ke jawa sana untuk dijual, karena harga jual disana
sangat tinggi pada waktu itu, berkat ketekunan dan keuletan bapak bisa
mengumpulkan cukup uang untuk meminang ibu dan membawa kedua orangtua nya
bertemu ibu yang menjadi calon menantunya saat itu.
Saat yang ditunggu-tunggu tiba, merekapun menikah. Ibu ikut
bapak pulang ke kalimantan untuk membangun bahtera rumah tangga bersama. Tapi perjuangan
cinta belumlah usai bapak masih harus berjuang untuk menghidupi dan
membahagiakan ibu dan anak-anaknya. Hingga sekarang hasil dari semua itun
terlihat sungguh luar biasa, semua itu tak lepas karena ada seorang wanita yang
setia selalu disampingnya, mendukung disaat susah dan senang. Dan sekarang sampai
kapanpun dialah motivator dalam hidup gue, dalam kisah hidup dan perjuangan
cintanya. Satu kata yang selalu gue ingat dari bapak “kebaikan seseorang itu dinilai pada akhirnya”.
Jadi janganlah pernah kalian berpikir apa yang kalian lakukan saat ini adalah
percuma dan tak ada hasilnya, hasilnya bukan diawal tapi diakhir, selalu yakin dan bersabar adalah kunci
dari sebuah kebahagiaan dan kesuksesan. Okee sekian kisah ini, thank’s
for reading.
“KEBAIKAN
SESEORANG DINILAI PADA AKHIR”